IKLAN

Selasa, 26 November 2013

Permendikbud Nomor 97 Tahun 2013 Tentang Kriteria Kelulusan UN 2014

UNUjian Nasional tahun ajaran 2013/2014 tidak lama lagi dan diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan April untuk tingkat SMA/SMK/MA dan bulan Mei untuk tingkat SMP/MTs. Walaupun dari tahun ke tahun pelaksanaan Ujian Nasional selalu menuai permasalahan, namun Ujian Nasional untuk tahun ajaran 2013/2014 masih akan dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Sedangkan untuk tingkat SD mulai tahun ajaran tersebut Ujian Nasional ditiadakan.
Adapun mengenai kriteria kelulusan untuk Ujian Nasional tahun ajaran 2013/2014 ada beberapa perubahan, yaitu pada Rumus Penentuan Nilai Sekolah (NS) yaitu Nilai Sekolah (NS) diperoleh dari 70 % rata-rata nilai raport semester 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMA dan semester 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk tingkat SMP serta 30 % Nilai Ujian Sekolah.
Sedangkan untuk Rumus Penentuan Nilai Akhir (NA) tidak mengalami perubahan uaitu Nilai Akhir (NA) diperoleh dari 40 % Nilai Sekolah (NS) dan  60 % Nilai Ujian Nasional (UN). Kemudian untuk nilai terendah setiap mata pelajaran yang di UN kan masih tetap 4,0 dan rata-rata semua mata pelajaran yang di UN kan juga masih sama yaitu 5,5.
Sedangkan ketentuan lebih lanjut berkenaan dengan pelaksanaan Ujian Nasional ini akan di tuangkan pada Prosedur Operasional Standar UN tahun pelajaran 2013/2014 yang akan ditetapkan oleh BSNP. Download lengkap Permendikbud Nomor 97 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Ujian Nasional 2013/2014 dapat anda download disi

Minggu, 17 November 2013

GURU JUGA MANUSIA


Melihat dunia pendidikan hari ini seperti melihat sebuah komputer keluaran tahun pertama yang dipaksa mengolah data untuk kebutuhan gaya hidup zaman sekarang sementara software-nya masih sama jadul dengan komputernya. Lebih parah lagi ketika software-nya diperbaharui sementara hardware-nya sudah tidak lagi mendukung. Komputer bukan hanya tidak bekerja optimal dan hasilnya mengecewakan. Bahkan,  macet!
Seperti itulah pendidikan kita hari ini. Gonta-ganti kurikulum dengan macam-macam ramuan -yang katanya mujarab- sudah sering disajikan. Macam-macam metode, mulai dari gaya pendidikan sampai cara pembelajaran, sudah  diperagakan. Hasilnya? Produk (-tetap-) gagal.  Ibarat bayi, lahir dalam keadaan cacat. Dari sisi skill-intelektual sulit untuk bersaing, dari sisi akhlaq-kepribadian sulit dibanggakan. Bahkan tidak sedikit yang gagal sebelum jadi. Ibarat bayi, gugur di dalam kandungan.  
Apa lagi yang salah kalau bukan hardware-nya. Ya ,apa lagi yang harus di-upgrade setelah itu kalau bukan sekolah atau gurunya. Maka lahirlah “Boarding School, Home Schooling, Sekolah Terpadu, Sekolah Unggulan, atau SBI sebagai bentuk-bentuk inovasi -atau kamuflase?- sekolah di dalam menghadapi gempuran peradaban sekaligus menjawab kekecewaan masyarakat. Tinggallah sekarang, apa jawaban guru?

Guru Hari Ini:
Tentu saja sekarang guru tidak bisa menjawab. Guru hanya bisa dituntut. Guru harus cerdas, trampil, sabar, dan menjadi teladan. Guru harus sarjana, guru harus rajin mengasah diri, guru harus sering mengikuti seminar, dan guru harus ini-harus itu.