Melihat dunia pendidikan hari ini
seperti melihat sebuah komputer keluaran tahun pertama yang dipaksa
mengolah data untuk kebutuhan gaya hidup zaman sekarang sementara
software-nya masih sama jadul dengan komputernya. Lebih parah lagi
ketika software-nya diperbaharui sementara hardware-nya sudah tidak lagi
mendukung. Komputer bukan hanya tidak bekerja optimal dan hasilnya
mengecewakan. Bahkan, macet!
Seperti itulah pendidikan kita hari
ini. Gonta-ganti kurikulum dengan macam-macam ramuan -yang katanya
mujarab- sudah sering disajikan. Macam-macam metode, mulai
dari gaya pendidikan sampai cara pembelajaran, sudah diperagakan.
Hasilnya? Produk (-tetap-) gagal. Ibarat bayi, lahir dalam keadaan
cacat. Dari sisi skill-intelektual sulit untuk bersaing, dari sisi akhlaq-kepribadian sulit dibanggakan. Bahkan tidak sedikit yang gagal sebelum jadi. Ibarat bayi, gugur di dalam kandungan.
Apa lagi yang salah kalau bukan
hardware-nya. Ya ,apa lagi yang harus di-upgrade setelah itu kalau bukan
sekolah atau gurunya. Maka lahirlah “Boarding School, Home Schooling,
Sekolah Terpadu, Sekolah Unggulan, atau SBI sebagai bentuk-bentuk
inovasi -atau kamuflase?- sekolah di dalam menghadapi gempuran peradaban
sekaligus menjawab kekecewaan masyarakat. Tinggallah sekarang, apa
jawaban guru?
Tentu saja sekarang guru tidak bisa
menjawab. Guru hanya bisa dituntut. Guru harus cerdas, trampil, sabar,
dan menjadi teladan. Guru harus sarjana, guru harus rajin mengasah diri,
guru harus sering mengikuti seminar, dan guru harus ini-harus itu.
aseekk
BalasHapus